Situs ini hanya bersifat fiktif belaka guna untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Sistem Informasi Manajemen FISIP UNTAN Kalimantan Barat tahun ajaran 2014 / 2015

Selasa, 02 Juni 2015


MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas)

Berkas:Panthera pardus melas (Tierpark Berlin) - 1009-891-(118).jpgMacan tutul jawa (Panthera pardus melas) atau macan kumbang adalah salah satu subspesies dari macan tutul yang hanya ditemukan di hutan tropis, pegunungan dan kawasan konservasi Pulau Jawa, Indonesia. Macan tutul ini memiliki dua variasi warna kulit yaitu berwarna terang (oranye) dan hitam (macan kumbang). Macan tutul jawa adalah satwa indentitas Provinsi Jawa Barat.

Dibandingkan dengan macan tutul lainnya, macan tutul jawa berukuran paling kecil, dan mempunyai indra penglihatan dan penciuman yang tajam. Subspesies ini pada umumnya memiliki bulu seperti warna sayap kumbang yang hitam mengilap, dengan bintik-bintik gelap berbentuk kembangan yang hanya terlihat di bawah cahaya terang. Bulu hitam Macan Kumbang sangat membantu dalam beradaptasi dengan habitat hutan yang lebat dan gelap. Macan Kumbang betina serupa, dan berukuran lebih kecil dari jantan.

Hewan ini soliter, kecuali pada musim berbiak. Macan tutul ini lebih aktif berburu mangsa di malam hari. Mangsanya yang terdiri dari aneka hewan lebih kecil biasanya diletakkan di atas pohon.
Macan tutul merupakan satu-satunya kucing besar yang masih tersisa di Pulau Jawa. Frekuensi tipe hitam (kumbang) relatif tinggi. Warna hitam ini terjadi akibat satu alel resesif yang dimiliki hewan ini.

Rabu, 21 Januari 2015

PROFIL KOMISI PERLINDUNGAN SATWA LANGKA KALIMATAN BARAT



Kalimantan Barat sebagai salah satu daerah yang menjadi sasaran projek terkait pelestarian endemik satwa langka sampai saat ini belum memiliki sebuah pusat informasi yang  signifikan dapat memberikan pengetahuan atau penjelasan kepada masyarakat mengenai satwa langka yang dilindungi.
Sampai saat ini belum ada sistem dan mekanisme yang memadai untuk memotret dinamika pelestarian, memperkenalkan jenis apa saja satwa yang dilindungi di Kalimantan Barat. Sebagai salah satu isu arus utama di public.
Sehingga, masyarakat pada umunya banyak yang tidak mengetahui akibatnya banyak yang mengeksploitasi satwa yang dilindungi ini secara terang - terangan. Karena masyarakat kurang mendapat  informasi tentang satwa yang dilindungi, penyebab dan dampaknya terlihat dari punahnya satwa, terjeratnya masyarakat kedalam hukum yang mengatur perlindungan satwa.
Hal ini terjadi, karena disebabkan kurang adanya data dan informasi yang lengkap, yang mudah diakses oleh publik  tentang satwa langka, penyebab dan dampaknya terhadap kelangsungan hidup satwa.
Kurangnya  disseminasi secara reguler kepada masyarakat oleh  media  terutama mainstream(Media utama) informasi satwa yang dilindungi. Ada beberapa factor yang menyebabkan mengapa media kurang mendisseminasikan tentang satwa langka, penyebab dan dampaknya. Pertama:Kurangnya data dan informasi yang di kelola dengan baik dalam hal ini instansi terkait (Lembaga pemerintahan), Kedua:Media belum melihat ini merupakan informasi yang markettable dan Ketiga:Lemahnya pengetahuan jurnalis dalam memahami jenis mana saja yang tergolong satwa langka, penyebab dan dampaknya pada masyarakat.
Selama ini masyarakat mendapat informasi hanya menggunakan media mainsttream(media utama), cetak,elektronik maupun online. Yang semuanya hanya dikomsusi kalangan menengah ke atas sementara masyarakan yang tidak punya akses terhadap media mainstream hampir tidak pernah mengkonsumsi informasi tentang perlindungan satwa, jenis – jenis satwa yang mana saja yang dilindungi, cara konservasi, dan adapsinya. Terutama masyarakat di sekitar hutan.
Pentingnya menjaga kelangsungan hidup satwa dan keberagaman hayati termasuk permasalahan perlindungan satwa langka dari kepunahan di atur oleh undang-undang RI nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Yang mana didalam undang – undang ini menentukan pula kategori atau kawasan suaka alam dengan ciri khas tertentu, baik didarat maupun diperairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengamanan keanekaragaman satwa langka serta ekosistemnya.
Untuk mengatasi hal tersebut sebagai tugas Akhir Semester mata kuliah Sistem Informasi Manajemen kami mahasiswa FISIP Universitas TanjungPura telah membangun sistem pusat data dan informasi perlindungan satwa langka, dengan nama web yang diperdaya oleh blogger: www.komisiperlindungansatwalangka.blogspot.com. Portal ini dikelola dengan mengadopsi informasi terbaru dari website resmi mengenai lingkungan seperti WWF, Wikipedia, National Geographic dan lain - lain. Untuk peningkataan kapasitas kerja stakeholder dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perlindungan satwa  maka di perlukan penguatan disseminasi informasi tentang satwa yang dilindungi.


Selasa, 20 Januari 2015

Arwana Asia (Scleropages Formosus)

 Berkas:Osteoglossum bicirrhosum.JPG 


Arwana Asia (Scleropages formosus), atau Siluk Merah adalah salah satu spesies ikan air tawar dari Asia Tenggara. Ikan ini memiliki badan yang panjang; sirip dubur terletak jauh di belakang badan. Arwana Asia umumnya memiliki warna keperak-perakan. Arwana Asia juga disebut "Ikan Naga" karena sering dihubung-hubungkan dengan naga dari Mitologi Tionghoa.

Daftar upesies dalam urutan taksonomi Rangkong



  • Genus Tropicranus (kadang-kadang dimasukkan ke dalam Tockus)
    • Enggang Jambul-putih Tropicranus albocristatus
  • Genus Tockus
    • Enggang Kerdil Hitam Tockus hartlaubi
    • Engang Kerdil Berparuh-merah

Rangkong




             Enggang atau Rangkong (bahasa Inggris: Hornbill) adalah sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran. Biasanya paruhnya itu berwarna terang. Nama ilmiahnya "Buceros" merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti "tanduk sapi" dalam Bahasa Yunani.

UNDANG - UNDANG DAN SANKSI

UNDANG - UNDANG DAN SANKSI

Satwa langka yang telah sulit ditemui dihabitat aslinya karena populasinya hampir punah, membuat Pemerintah menerbitkan peraturan perundang-undangan untuk perlindungan satwa langka dari kepunahannya. Hal itu ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang RI No. 5 TAHUN 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Yang mana Undang-undang ini menentukan pula kategori atau kawasan suaka alam dengan ciri khas tertentu, baik didarat maupun diperairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengamanan keanekaragaman satwa langka, serta ekosistemnya.

Kucing Congkok



Kucing congkok (kucing batu) Prionailurus bengalensis atau Leopard cat bisa dianggap sebagai satwa indikator kerusakan hutan karena seringnya satwa ini dijumpai pada kawasan-kawasan hutan yang telah terbuka baik karena penebangan liar maupun perambahan.
Termasuk dalam famili Felidae, kucing congkok dianggap jenis kucing liar yang cukup umum, ini dikarenakan kucing congkok memiliki  wilayah persebaran yang luas mencakup hampir seluruh benua asia, mulai dari pegunungan himalaya di India dan Nepal, Afganistan, Rusia Timur, Semenanjung Korea, hingga ke Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan). Keberadaan kucing congkok juga di jumpai di beberapa pulau kecil,

Kelinci Sumatera



Kelinci Sumatra (Nesolagus netscheri), juga dikenal dengan nama Kelinci Sumatra telinga pendek atau Kelinci belang Sumatra, adalah jenis kelinci liar yang hanya dapat ditemukan di hutan tropis di pegunungan Bukit Barisan di pulau Sumatra, Indonesia. Populasi kelinci Sumatra mengalami penurunan yang signifikan yang diakibatkan oleh perambahan hutan yang agresif di pulau Sumatra.
Berukuran sekitar 40 cm panjangnya, kelinci Sumatra memiliki garis-garis kecoklatan, dengan ekor berwarna merah, dan bawah perutnya berwarna putih.

Kambing Hutan Sumatera



Kambing-hutan sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis) adalah jenis kambing hutan yang hanya terdapat di hutan tropis pulau Sumatra. Populasinya sudah semakin terdesak akibat perambahan hutan secara liar. Selain itu, kambing-hutan sumatera ini juga masuk kedalam daftar Appendices I (hewan yang sangat langka dan tidak boleh diburu).
Top of FormBottom of Form
Kambing hutan sumatera, si penakluk lereng terjal yang tidak pernah lelah. Hidupnya, berada di ketinggian 200 meter di puncak dataran tinggi Sumatera. Sumber: Wikimedia. Hutan hujan Sumatera merupakan salah satu bentang alam Indonesia yang

Kucing Emas



Kucing Emas adalah jenis yang misterius dan sangat sulit di jumpai saat ini, sedikit sekali pengetahuan mengenai perilaku dan ekologi kucing jenis ini, termasuk populasi mereka di dalam kawasan. Pola hidup satwa ini belum diketahui secara jelas tidak seperti jenis kucing hutan lainnya.




Kucing Emas biasa di sebut Golden cat atau Fire cat,

Beruang Madu



Beruang madu termasuk familia ursidae dan merupakan jenis paling kecil dari kedelapan jenis beruang yang ada di dunia. Beruang ini adalah fauna khas provinsi Bengkulu sekaligus dipakai sebagai simbol dari provinsi tersebut. Beruang madu juga merupakan maskot dari kota Balikpapan. Beruang madu di Balikpapan dikonservasi di sebuah hutan lindung bernama Hutan Lindung Sungai Wain.

Panjang tubuhnya 1,40 m, tinggi punggungnya 70 cm dengan berat berkisar 50 – 65 kg. Bulu beruang madu cenderung pendek, berkilau dan pada umumnya hitam, matanya berwarna cokelat atau biru,selain itu hidungnya relatif lebar tetapi tidak terlalu moncon. Jenis bulu beruang madu adalah yang paling pendek dan halus dibandingkan beruang lainnya, berwarna hitam kelam atau hitam kecoklatan, di bawah bulu lehernya terdapat tanda yang unik berwarna oranye yang dipercaya menggambarkan matahari terbit. Berbeda dengan beruang madu dewasa, bayi beruang madu yang baru lahir memiliki bulu yang lebih lembut, tipis dan bersinar. Karena hidupnya di pepohonan maka telapak kaki beruang ini tidak berbulu sehingga ia dapat bergerak dengan kecepatan hingga 48 kilometer per jam dan memiliki tenaga yang sangat kuat. Kepala beruang madu relatif besar sehingga menyerupai anjing yakni memiliki telinga kecil dan berbentuk bundar. Beruang jenis ini memiliki lidah yang sangat panjang dan dapat dipanjangkan sesuai dengan kondisi alam untuk menyarikan madu dari sarang lebah di pepohonan. Selain itu, lidah yang panjangnya dapat melebihi 25 cm itu juga digunakan untuk menangkap serangga kecil di batang pohon. Beruang madu memiliki penciuaman yang sangat tajam dan memiliki kuku yang panjang di keempat lengannya yang digunakan untuk mempermudah mencari makanan Beruang madu lebih sering berjalan dengan empat kaki, dan sangat jarang berjalan dengan dua kaki seperti manusia. Lengan beruang jenis ini cukup lebar dan memiliki kuku melengkung serta berlubang yang memudahkannya memanjat pohon. Kuku tangan yang melengkung digunakan oleh beruang ini untuk menggali rayap, semut dan sarang lebah dan beruang yang sedang mencari madu akan segera menghancurkan kayu yang masih hidup dan segar dan bahkan berusaha untuk menggaruk pohon yang kayunya keras. Rahang beruang madu tidak proporsional karena terlalu besar sehingga tidak dapat memecahkan buah-buah besar seperti kelapa. Gigi beruang ini lebih datar dan merata dibandingkan dengan jenis beruang lain, gigi taringnya cukup panjang sehingga menonjol keluar dari mulut. Ukuran tulang tengkorak kepala beruang madu pada umunya memiliki panjang tengkorak 264,5 mm, panjang condylobasal 241,3 mm, lebar zygomatic 214,6 mm, lebar mastoid 170,2 mm, lebar interorbital 70,5 mm, lebar maxilla 76,2 mm.
Habitat
Beruang madu hidup di hutan-hutan primer, hutan sekunder dan sering juga di lahan-lahan pertanian, mereka biasanya berada di pohon pada ketinggian 2 - 7 meter dari tanah, dan suka mematahkan cabang-cabang pohon atau membuatnya melengkung untuk membuat sarang. Habitat beruang madu terdapat di daerah hujan tropis Asia Tenggara. Penyebarannya terdapat di pulau Borneo,Sumatera,Indocina, Cina Selatan,Burma, serta Semenanjung malaya. Oleh karena itulah jenis ini tidak memerlukan masa hibernasi seperti beruang lain yang tinggal di wilayah empat musim. Beruang madu di masa lalu diketahui tersebar hampir di seluruh benua Asia, namun sekarang menjadi semakin jarang akibat kehilangan dan fragmentasi habitat.
Makanan
Beruang madu adalah binatang omnivora yang memakan apa saja di hutan. Mereka memakan aneka buah-buahan dan tanaman hutan hujan tropis, termasuk juga tunas tanaman jenis palem. Mereka juga memakan serangga, madu, burung, dan binatang kecil lainnya. Apabila beruang madu memakan buah, biji ditelan utuh, sehingga tidak rusak, setelah buang air besar, biji yang ada di dalam kotoran mulai tumbuh sehingga beruang madu mempunyai peran yang sangat penting sebagai penyebar tumbuhan buah berbiji besar seperti cempedak, durian, lahung, kerantungan dan banyak jenis lain. Pada wilayah yang telah diganggu oleh manusia, mereka akan merusak lahan pertanian, menghancurkan pisang, pepaya atau tanaman kebun lainnya.


Beruang madu telah dikategorikan sebagai binatang yang mudah di serang dan terancam kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan oleh pengerusakan habitat yang berlangsung terus-menerus. Ancaman terbesar bagi beruang madu memang semakin hilangnya habitat yang berupa hutan hujan tropis , termasuk diantaranya fragmentasi hutan dan degradasi hutan yang disebabkan oleh perilaku manusia berupa pembalakan hutan secara liar serta penebangan hutan untuk keperluan perkebunan karet, kelapa sawit serta kopi. Ancaman lain bagi beruang madu adalah adanya perburuan, baik dikawasan perlindungan maupun di luar kawasan perlindungan, bagian tubuh beruang madu seperti katung empedu serta cairannya banyak diperdagangkan secara gelap untuk memenuhi permintaan pasar pengobatan tradisional. Selain itu, konflik yang terjadi antara manusia dengan beruang madu terkait dengan perusakan wilayah pertanian juga merupakan ancaman bagi beruang jenis ini. Bencana alam seperti kebakaran hutan turut memengaruhi kelangsungan hidup beruang madu karena berhubungan erat dengan kelestarian habitat serta ketersediaan makanan.
Konservasi beruang madu masih sangat jarang dilakukan. Beruang ini telah terdaftar dalam Appendix I of the Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) sejak tahun 1979 yang menyatakan bahwa mereka tidak boleh diburu oleh siapapun. Penelitian lebih lanjut mengenai beruang madu sedang dilakukan, khususnya tentang dasar-dasar biologis, ekologi, serta perilakunya. Konservasi beruang madu perlu difokuskan pada perlindungan terhadap habitat hutan, manajemen yang baik terhadap bidang perlindungan beruang madu, supremasi hukum yang tegas terkait dengan pelanggaran terhadap perlindungan beruang madu, menghentikan perdagangan anggota tubuh beruang, serta mengurangi konflik antara manusia dan beruang madu di wilayah hutan.

Tuna



Tuna adalah ikan laut pelagik yang termasuk bangsa Thunnini, terdiri dari beberapa spesies dari famili skombride, terutama genus Thunnus. Ikan ini adalah perenang andal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Tidak seperti kebanyakan ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging tuna berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya. Beberapa spesies tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip biru Atlantik
(Thunnus)
HIU PAUS (Rhincodon typus)


Berkas:Whale shark Georgia aquarium.jpg 
Hiu paus, Rhincodon typus, adalah hiu pemakan plankton yang merupakan spesies ikan terbesar. Cucut ini mendapatkan namanya whale shark karena ukuran tubuhnya yang besar dan kebiasaan makannya dengan menyaring air laut menyerupai kebanyakan jenis paus. Disebut pula dengan nama geger lintang (dari bahasa Jawa: punggung berbintang) dan hiu tutul (nama yang cenderung menyesatkan, karena banyak jenis cucut yang berpola tutul), merujuk pada pola warna di punggungnya yang bertotol-totol, serupa bintang di langit.
Hiu ini mengembara di samudera tropis dan lautan yang beriklim hangat, dan dapat hidup hingga berusia 70 tahun. Spesies ini dipercaya berasal dari sekitar 60 juta tahun yang lalu.
KANGGURU POHON (Dendrolagus Goodfellowi)



 
Kangguru pohon adalah makropod yang beradaptasi dengan lingkungan di atas pohon. Mereka mendiami hutan hujan di Australia dan Papua, Queensland, dan pulau-pulau terdekat. Meski sebagian besar ditemukan di daerah pegunungan, beberapa spesies juga terdapat di dataran rendah seperti Dendrolagus spadix. Sebagian besar kangguru pohon merupakan hewan yang terancam punah akibat perburuan dan kehilangan habitat.
PENYU  


Penyu adalah kura-kura laut. Penyu ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini.

Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer dapat ditempuh 58 - 73 hari.

HARIMAU SUMATERA
(Panthera tigris sumatrae)

  / ©: WWF-Indonesia/Saipul Siagian

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered)

Badak Sumatera

 / ©: naturepl.com / Mark Carwadine / WWF-Canon

Nama Latin: Dicerorhinus sumatrensis

Ciri-ciri Fisik
Badak Sumatera, adalah satu-satunya badak Asia yang memiliki dua cula. Badak Sumatera juga dikenal memiliki rambut terbanyak dibandingkan seluruh sub-spesies badak di dunia, sehingga sering disebut hairy rhino (badak berambut). Ciri-ciri lainnya adalah telinga yang besar, kulit berwarna coklat keabu-abuan atau kemerahan - sebagian besar ditutupi oleh rambut dan kerut di sekitar matanya.


Panjang cula depan biasanya berkisar antara 25 - 80 cm, sedangkan cula belakang biasanya relatif pendek dan tidak lebih dari 10 cm. Saat anak badak sumatera lahir hingga remaja biasanya kulitnya ditutupi oleh rambut yang lebat berwarna coklat kemerahan. Bersamaan dengan bertambahnya usia satwa ini, rambut yang menutupi kulitnya semakin jarang dan berubah kehitaman. Panjang tubuh satwa dewasa berkisar antara 2-3 meter dengan tinggi 1 - 1,5 meter. Berat badan diperkirakan berkisar antara 600-950 kg.


Habitat badak sumatera mencakup hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan, meskipun umumnya satwa langka ini sangat menyukai hutan dengan vegetasi yang sangat lebat. Badak Sumatera adalah penjelajah dan pemakan buah (khususnya mangga liar dan buah fikus), daun-daunan, ranting-ranting kecil dan kulit kayu. Mereka lebih menyukai dataran rendah, khususnya di hutan-hutan sekunder di mana banyak terdapat sumber makanan yang tumbuh rendah. Badak Sumatera hidup di alam dalam kelompok kecil dan umumnya menyendiri (soliter).


Badak sumatera adalah badak yang memiliki ukuran terkecil dibandingkan semua sub-spesies badak di dunia. Menurut Rencana Aksi dan Strategi Konservasi (Dephut, 2007), populasinya di alam saat ini diperkirakan kurang dari 300 ekor. Meskipun demikian, indikasi yang ada menunjukkan jumlah populasi sebenarnya lebih rendah dari perkiraan tersebut. Satwa ini termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) - dalam daftar mrah spesies terancam lembaga konservasi dunia, IUCN. Populasi terbesar dan mungkin paling memadai untuk berkembang biak (viable) saat ini terdapat di Sumatera, sementara populasi yang lebih kecil terdapat di Sabah dan Semenanjung Malaysia.


Para ahli memperkirakan tidak ada satu pun populasi badak Sumatera yang jumlah individunya dalam satu wilayah jelajah melebihi 75 ekor. Kondisi tersebut menyebabkan mamalia besar ini sangat rentan terhadap kepunahan baik akibat bencana alam, penyakit, perburuan, atau kerusakan genetis. Kurang dari 25 ekor diyakini saat ini bertahan hidup di Sabah, sedangkan untuk Kalimantan tidak ada informasi atau data yang akurat tentang keberadaan satwa bercula dua ini.


Kehilangan habitat dan perburuan adalah ancaman yang paling utama bagi keberlangsungan hidup badak Sumatera. Agar satwa ini mampu bertahan hidup, dibutuhkan upaya-upaya serius untuk menyelamatkan habitat hutan di Sumatera di mana sebagian besar populasi badak Sumatera kini berada. Selain itu, upaya-upaya untuk menghentikan perdagangan cula badak dan produk-produk lainnya yang berasal dari tubuh satwa dilindungi tersebut harus dilakukan segera, agar insentif bagi para pemburu yang mengincar bagian-bagian tubuh badak Sumatera pun dapat dikurangi.


Ancaman
Selama bertahun-tahun, perburuan badak Sumatera untuk diambil cula maupun bagian-bagian tubuh lainnya - biasanya dipercaya sebagai bahan obat trandisional - telah berakibat pada semakin berkurangnya populasi satwa tersebut. Saat ini, hilangnya habitat hutan menjadi ancaman utama bagia kelangsungan hidup badak Sumatera yang tersisa.


Rusaknya hutan diiringi dengan berbagai aktivitas yang tidak berkelanjutan oleh manusia telah menyebabkan semakin terdesaknya populasi badak Sumatera menuju kepunahan. Dengan populasinya yang semakin kecil dan tingginya laju kerusakan hutan yang menyebabkan hutan terfragmentasi dalam kotak-kotak yang terisolir - maka, dalam beberapa kasus, badak Sumatera dilaporkan keluar hutan dan masuk ladang penduduk mencari makanan. Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, ancaman utama terhadap habitat badak Sumatera adalah perambahan hutan menjadi kebun kopi dan tanaman pertanian lainnnya. Seiring dengan pembukaan hutan yang begitu cepat dan semakin terbukanya akses terhadap lokasi di dalam taman nasional, ancaman serius lainnya pun muncul: perburuan.

Badak Jawa
 
Mengenal Badak Jawa Ciri-ciri, Habitat & Populasi Badak Jawa
Nama Latin: (Rhinoceros sondaicus sondaicus)

Badak Jawa merupakan salah satu mamalia besar terlangka di dunia yang ada diambang kepunahan. Dengan hanya sekitar 50 ekor individu di alam liar, spesies ini diklasifikasikan sebagai sangat terancam (critically endangered) dalam Daftar Merah IUCN. Ujung Kulon menjadi satu-satunya habitat yang tersisa bagi badak Jawa. Populasi badak Jawa di Vietnam telah dinyatakan punah.


Status badak Jawa dilindungi sejak 1931 di Indonesia, yang diperkuat dengan penetapan Ujung Kulon di barat daya pulau Jawa sebagai taman nasional sejak 1992.


Deskripsi Fisik
  • Cula kecil dengan panjang sekitar 25 cm untuk badak jantan sementara badak betina hanya memiliki cula kecil atau tidak sama sekali.
  • Berat badan antara 900 – 2.300 kg, dengan panjang badan 2 – 4 meter dan tinggi 1.7 meter.
  • Berwarna abu-abu dengan tekstur kulit yang tidak rata dan berbintik.
  • Badak jantan mencapai fase dewasa setelah 10 tahun, sementara betina pada usia 5 sampai 7 tahun dengan masa mengandung selama 15 – 16 bulan.
  • Bagian atas bibirnya meruncing untuk mempermudah mengambil daun dan ranting.

Ekologi dan Habitat
Badak Jawa pernah hidup di hampir semua gunung-gunung di Jawa Barat, diantaranya berada hingga diatas ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut. Pada tahun 1960-an, diperkirakan sekitar 20 sd 30 ekor badak saja tersisa di TN Ujung Kulon.


Populasinya meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 1967 hingga 1978 setelah upaya perlindungan dilakukan dengan ketat, yang didukung oleh WWF-Indonesia. Sejak akhir tahun 1970-an, jumlah populasi Badak Jawa tampaknya stabil dengan angka maksimum pertumbuhan populasi 1% per tahun.


Berdasarkan pengamatan terhadap ukuran wilayah jelajah dan kondisi habitat, Ujung Kulon diperkirakan memiliki daya dukung bagi 50 individu badak. Hanya saja, populasi yang stagnan menandakan batas daya dukung sudah dicapai. Karena alasan tersebut serta upaya preventif menghindarkan populasi badak dari ancaman penyakit dan bencana alam, para ahli merekomendasikan adanya habitat kedua bagi Badak Jawa. Beberapa lokasi yang menjadi pertimbangan adalah: Hutan Baduy, Taman Nasional Halimun – Salak, Cagar Alam Sancang dan Cikepuh.


Ancaman
Sudah tidak ditemukan kasus perburuan liar badak Jawa sejak tahun 1990-an karena penegakan hukum yang efektif oleh otoritas taman nasional yang diiringin dengan inisiatif-inisiatif seperti Rhino Monitoring and Protection Unit (RMPU) serta patroli pantai.


Ancaman terbesar bagi populasi badak Jawa adalah:
  • Berkurangnya keragaman genetis
    Populasi badak Jawa yang sedikit menyebabkan rendahnya keragaman genetis. Hal ini dapat memperlemah kemampuan spesies ini dalam menghadapi wabah penyakit atau bencana alam (erupsi gunung berapi dan gempa).
  • Degradasi dan hilangnya habitat
    Ancaman lain bagi populasi badak Jawa adalah meningkatnya kebutuhan lahan sebagai akibat langsung pertumbuhan populasi manusia. Pembukaan hutan untuk pertanian dan penebangan kayu komersial mulai bermunculan di sekitar dan di dalam kawasan lindung tempat spesies ini hidup.