Jayapura- Apa yang paling diidamkan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah perkotaan? Mungkin salah satu jawabannya adalah pemukiman yang aman, sehat dan nyaman. Kriteria pemukiman idaman itulah yang dipilih oleh Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Papua dan WWF Indonesia- Program Papua untuk memperingati Hari Habitat Sedunia 2014. Masyarakat di wilayah APO Kali Kota Jayapura pada tanggal 23 Oktober 2014 yang lalu berkesempatan untuk ikut serta dalam peringatan Hari Habitat 2014 tersebut.
Dengan tema “Menuju Pemukiman Sehat, Nyaman, dan Aman,” masyarakat diajak untuk berperan aktif didalam serangkaian kegiatan antara lain; penanaman pohon, dialog interaktif, pemahaman kesiap-siagaan bencana, dan sosialisasi urban farming. Pemilihan wilayah APO Kali sebagai tepat kegiatan memang beralasan. Wilayah ini sangat rawan terhadap berbagai macam bencana dan pengelolaan lingkungan yang masih kurang mendapat perhatian. Dengan kondisi wilayah pemukiman yang padat, terletak di sekitar tebing dan dekat dengan sungai, menjadikan wilayah ini rawan akan bencana tanah longsor, banjir dan kebakaran. Piter Riki Aloisius selaku perwakilan dari WWF dan Koordinator Kegiatan menjelaskan, “wilayah APO ini memang perlu mendapatkan sosialisasi tanggap bencana dan pengelolaan lingkungan. Pemukiman yang padat sangat rawan terhadap bencana dan juga diharapkan semua pihak terlibat dalam pengelolaan lingkungannya. Kita akan upayakan untuk menggalang aspirasi masyarakat.” Setelah acara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua. Masyarakat dan tamu undangan langsung melakukan kerja bakti penanaman pohon di lokasi rawan bencana longsor.
Sebanyak 200 bibit tanaman disediakan yang terdiri dari Gnetum genemo, Pometia pinata, Alstonia scolaris, Casuarina sp dan Swetenia macropila. Lokasi penanaman yang cukup menantang dan bertebing tidak menyulutkan antusias peserta kegiatan untuk bersama-sama menuju lokasi tanam. Dialog interaktif merupakan agenda acara selanjutnya. Acara ini ditujukan untuk menggalang aspirasi masyarakat dan mengetahui permasalahan lingkungan beserta solusinya. Perwakilan dari Satuan Kerja Air Minum Provinsi Papua, BLH Kota Jayapura, Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Jayapura, dan WWF Indonesia –Program Papua menjadi narasumber dalam dialog interaktif tersebut. Ada tiga topik utama yang menjadi perhatian khusus baik oleh narasumber maupun masyarakat, yaitu; penataan lingkungan kumuh termasuk pengelolaan sampah, penyediaan ruang terbuka hijau, dan kesiap-siagaan bencana khususnya kebakaran dan tanah longsor. Ketiga isu utama tersebut akan ditindak lanjuti dengan program kegiatan yang lebih spesifik lagi, antara lain; program bank sampah, penyediaan ruang terbuka hijau melalui penanaman pohon dan urban farming, serta simulasi kesiap-siagaan bencana. Tentunya panitia dalam hal ini WWF – Program Papua dan Satuan Kerja Air Minum Provinsi Papua berkeinginan agar masyarakat setelah selesai mengikuti kegiatan ini dapat langsung melakukan salah satu aksi nyata sebagai bagian dari upaya mewujudkan pemukiman yang sehat, nyaman, dan aman. Terkait dengan hal tersebut, sosialisasi urban farming dan verticulture merupakan pemilihan materi acara yang tepat. Materi sosialisasi disampaikan oleh Andhiani M. Kumalasari dari WWF. Melalui sosialisasi ini, masyarakat dapat mengetahui tentang konsep pengelolaan sampah skala rumah tangga melalui prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle) dan pertanian organik yang digunakan untuk mengembangkan kegiatan urban farming. Melalui konsep tersebut, kegiatan urban farming dapat dilakukan oleh siapa saja dengan biaya yang terjangkau. Masyarakat dapat langsung mencoba di rumah masing-masing maupun secara berkelompok. Lebih lanjut, selain untuk pengelolaan sampah, sudah pasti kegiatan urban farming mempunyai manfaat lainnya, baik secara ekonomi maupun ekologi. Urban farming yang dikelola dengan tepat akan memberikan tambahan penghasilan untuk masyarakat, menjadi bagian dari upaya menciptakan ketahanan pangan dan penyediaan lahan terbuka hijau bagi pemukiman perkotaan.
Diakhir penutupan acara, dilakukan serah terima kuesioner aspirasi masyarakat APO Kali oleh perwakilan salah satu ketua RW kepada Kepala Satuan Kerja Air Minum Provinsi Papua. Kuesioner tersebut sebelumnya telah dibagikan kepada masyarakat untuk pengumpulan data dan informasi tentang permasalahan riil yang terjadi saat ini. Apa yang disampaikan masyarakat dalam kuesioner tersebut merupakan informasi penting bagi pemerintah khususnya Satuan Kerja Air Minum dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua. Ir. Rahman Budi selaku Kepala Satuan Kerja Air Minum Provinsi Papua menyatakan bahwa pemerintah perlu mengetahui isu-isu strategis tentang perkotaan. Pemrintah indonesia sendiri memang sedang meratifikasi program PBB untuk permasalahan perkotaan. Untuk tahun 2014 ini temanya adalah “Voice from Slum”. Jadi apa yang telah dilakukan pada perayaan Hari Habitat 2014 ini juga sesuai dengan tema tersebut. Suara dan aspirasi dari masyarakat telah diinformasikan baik melalui kuesioner maupun dialog interaktif.
sumber : (Andhiani M. Kumalasari, wwf indonesia)
Dengan tema “Menuju Pemukiman Sehat, Nyaman, dan Aman,” masyarakat diajak untuk berperan aktif didalam serangkaian kegiatan antara lain; penanaman pohon, dialog interaktif, pemahaman kesiap-siagaan bencana, dan sosialisasi urban farming. Pemilihan wilayah APO Kali sebagai tepat kegiatan memang beralasan. Wilayah ini sangat rawan terhadap berbagai macam bencana dan pengelolaan lingkungan yang masih kurang mendapat perhatian. Dengan kondisi wilayah pemukiman yang padat, terletak di sekitar tebing dan dekat dengan sungai, menjadikan wilayah ini rawan akan bencana tanah longsor, banjir dan kebakaran. Piter Riki Aloisius selaku perwakilan dari WWF dan Koordinator Kegiatan menjelaskan, “wilayah APO ini memang perlu mendapatkan sosialisasi tanggap bencana dan pengelolaan lingkungan. Pemukiman yang padat sangat rawan terhadap bencana dan juga diharapkan semua pihak terlibat dalam pengelolaan lingkungannya. Kita akan upayakan untuk menggalang aspirasi masyarakat.” Setelah acara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua. Masyarakat dan tamu undangan langsung melakukan kerja bakti penanaman pohon di lokasi rawan bencana longsor.
Sebanyak 200 bibit tanaman disediakan yang terdiri dari Gnetum genemo, Pometia pinata, Alstonia scolaris, Casuarina sp dan Swetenia macropila. Lokasi penanaman yang cukup menantang dan bertebing tidak menyulutkan antusias peserta kegiatan untuk bersama-sama menuju lokasi tanam. Dialog interaktif merupakan agenda acara selanjutnya. Acara ini ditujukan untuk menggalang aspirasi masyarakat dan mengetahui permasalahan lingkungan beserta solusinya. Perwakilan dari Satuan Kerja Air Minum Provinsi Papua, BLH Kota Jayapura, Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Jayapura, dan WWF Indonesia –Program Papua menjadi narasumber dalam dialog interaktif tersebut. Ada tiga topik utama yang menjadi perhatian khusus baik oleh narasumber maupun masyarakat, yaitu; penataan lingkungan kumuh termasuk pengelolaan sampah, penyediaan ruang terbuka hijau, dan kesiap-siagaan bencana khususnya kebakaran dan tanah longsor. Ketiga isu utama tersebut akan ditindak lanjuti dengan program kegiatan yang lebih spesifik lagi, antara lain; program bank sampah, penyediaan ruang terbuka hijau melalui penanaman pohon dan urban farming, serta simulasi kesiap-siagaan bencana. Tentunya panitia dalam hal ini WWF – Program Papua dan Satuan Kerja Air Minum Provinsi Papua berkeinginan agar masyarakat setelah selesai mengikuti kegiatan ini dapat langsung melakukan salah satu aksi nyata sebagai bagian dari upaya mewujudkan pemukiman yang sehat, nyaman, dan aman. Terkait dengan hal tersebut, sosialisasi urban farming dan verticulture merupakan pemilihan materi acara yang tepat. Materi sosialisasi disampaikan oleh Andhiani M. Kumalasari dari WWF. Melalui sosialisasi ini, masyarakat dapat mengetahui tentang konsep pengelolaan sampah skala rumah tangga melalui prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle) dan pertanian organik yang digunakan untuk mengembangkan kegiatan urban farming. Melalui konsep tersebut, kegiatan urban farming dapat dilakukan oleh siapa saja dengan biaya yang terjangkau. Masyarakat dapat langsung mencoba di rumah masing-masing maupun secara berkelompok. Lebih lanjut, selain untuk pengelolaan sampah, sudah pasti kegiatan urban farming mempunyai manfaat lainnya, baik secara ekonomi maupun ekologi. Urban farming yang dikelola dengan tepat akan memberikan tambahan penghasilan untuk masyarakat, menjadi bagian dari upaya menciptakan ketahanan pangan dan penyediaan lahan terbuka hijau bagi pemukiman perkotaan.
Diakhir penutupan acara, dilakukan serah terima kuesioner aspirasi masyarakat APO Kali oleh perwakilan salah satu ketua RW kepada Kepala Satuan Kerja Air Minum Provinsi Papua. Kuesioner tersebut sebelumnya telah dibagikan kepada masyarakat untuk pengumpulan data dan informasi tentang permasalahan riil yang terjadi saat ini. Apa yang disampaikan masyarakat dalam kuesioner tersebut merupakan informasi penting bagi pemerintah khususnya Satuan Kerja Air Minum dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua. Ir. Rahman Budi selaku Kepala Satuan Kerja Air Minum Provinsi Papua menyatakan bahwa pemerintah perlu mengetahui isu-isu strategis tentang perkotaan. Pemrintah indonesia sendiri memang sedang meratifikasi program PBB untuk permasalahan perkotaan. Untuk tahun 2014 ini temanya adalah “Voice from Slum”. Jadi apa yang telah dilakukan pada perayaan Hari Habitat 2014 ini juga sesuai dengan tema tersebut. Suara dan aspirasi dari masyarakat telah diinformasikan baik melalui kuesioner maupun dialog interaktif.
sumber : (Andhiani M. Kumalasari, wwf indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar